JAKARTA – Seolah menepati janji publikasi di berbagai penerbitan, film laga Indonesia “The Raid” memang sangat penuh dengan atraksi ketegangan laiknya film-film buatan Hollywood. Tepuk tangan penonton pada pemutaran perdana “The Raid” kerap terdengar, di bioskop blitzmegaplex Grand Indonesia, Jakarta, Jumat (23/3/2012).
Dibuka dengan adegan shalat subuh dari Rama (Iko Uwais) sebelum bertugas –dia seorang polisi anti teror– memberangus jaringan peredaran narkoba di satu apartemen kumuh di satu kota di Indonesia. Rama-lah yang menjadi pokok perbincangan utama dalam film besutan sutradara Gareth H Evans ini.
Pemutaran perdana “The Raid” ini bagi komunitas pecinta film dan yang ditunjukkan adalah versi yang belum disunting alias disensor. Jadi penuh dengan adegan yang tidak akan pernah bisa disaksikan di bioskop sesudah pemutaran perdana itu.
“Kami memang memberi ruang untuk pecinta film Indonesia dan kami memiliki program untuk itu,” kata Manajer Pemasaran biltzmegaplex, Antonia Niken, yang juga hadir dalam pemutaran perdana film itu.
Berangkat dalam satu kendaraan perintis, dia bergabung dalam pasukan 18 orang. Yang cukup istimewa adalah properti perorangan yang dilekatkan dalam film berdurasi 120 menit ini, persenjataan hingga belati yang dipakai plus sepatunya, sangat mendekati nyata pada sosok seorang tentara pasukan khusus.
Menyusup, menyerbu (raid), dan terjebak secara sia-sia dalam gedung penuh gangster itu. Rama juga terjebak dan menjadi satu dari tiga yang tetap selamat sampai akhir. Yang tidak dia duga, letnannya (Pierre Gruno) menjadi personel polisi korup luar biasa yang mendorong mereka salam kemelut bersenjata itu.
Hampir setengah film ini diisi dengan adegan perkelahian jarak dekat yang seru dan “kreatif” seperti yang diperagakan aktor-aktor Hollywood. Sebut misalnya teknik berkelahi tangan kosong Steven Seagal, hal itu bisa dilakukan di “The Raid” secara mulus, tinggal diberi sentuhan khusus agar lebih dramatis.
Ditambah lagi dengan gambar-gambar menggetarkan yang cukup sering hadir. Misalnya, saat pipi Rama teriris pelan-pelan karena golok penjahat menembuh dinding kayu di satu apartemen, di mana dia bersembunyi bersama temannya yang terluka. Sangat nyata dan penonton banyak yang cukup ngeri sendiri melihat adegan itu.
Di sinilah Uwais menambah nilai lebihnya karena dia menjadi pengarah laga bersama Yayan Ruhayan, salah satu pemeran di “The Raid”. Sulit dikatakan apa sebetulnya jenis bela diri yang dipakai dalam “The Raid” ini, kecuali Festival Film Sundance di Amerika Serikat, pada Januari lalu, memberi kelas tersendiri bagi dia.
Panitia festival film yang setara dengan Festival Film Cannes di Perancis itu menjadi film box office atau spotlight di sana. Tiketnya habis terjual dan penonton memuji habis-habisan teknik pembuatan film Indonesia itu.
Yang unik, plot cerita sangat sederhana itu bisa dialihkan kepada akting memadai para aktornya. Di situ juga Merantau Film bisa mewadahi kreativitas Evans sebagai sutradara. Rencananya, “The Raid” akan dibuat ulang dalam versi Hollywood; di sisi lain Evans akan juga membuat sekuelnya.
No comments:
Post a Comment